Tanpa disadari oleh seluruh hadirin yang hadir dalam memperingati hari lahirnya Pancasila, 1 Juni 2013 di Ende, bahwa telah terjadi beberapa fakta yang dapat dikatakan cukup misterius berkaitan dengan peringatan tersebut dimulai dari rangkaian kegiatan peletakan patung Bung Karno, hingga pada puncak perayaannya di lapangan Pancasila. Fakta – fakta ini terjadi dan tidak banyak diketahui/ disadari oleh khalayak ramai, namun menjadi bahan perbincangan beberapa hari setelah hari peringatan tersebut dilaksanakan.
Peletakan patung Bung Karno
Berdasarkan penuturan para pekerja yang melakukan
pembangunan situs patung Bung Karno, bahwa mereka mengalami kesulitan mendapatkan
posisi yang tepat pada saat melakukan peletakan patung Bung Karno pada bangku sepanjang
17 meter yang telah dibangun. Beberapa kali patung tersebut harus dipindahkan
dari satu posisi ke posisi lainnya, karena
terjadi ketidakstabilnya posisi duduk patung pada setiap posisi yang
dicoba untuk diletakan sepanjang bangku tersebut. Petugas sempat mengalami
frustrasi (kebingungan) dalam penempatan posisi patung ini.
Pada saat petugas masih kebingungan mencoba mencari posisi
duduk yang baik dari patung tersebut, di atas langit tampak dua ekor burung
elang terlihat mondar mandir terbang berkeliling, tepat di atas para petugas tersebut. Setelah diamati, arah terbang kedua
burung elang tersebut, ternyata selalu mengarah ke satu titik pertemuan. Dengan
melihat posisi titik pertemuan kedua burung elang yang sedang terbang tersebut,
petugas mencoba meletakan patung hasil karya Hanafi (seniman asal Purworejo, Jawa
Tengah) ini, tepat di bawah titik pertemuan kedua burung elang tadi, dan
keanehan pun terjadi, bahwa patung tersebut ternyata mendapatkan kedudukannya
yang stabil dan pas pada titik tersebut. Dari kejadian ini, banyak yang
menyimpulkan bahwa kemungkinan besar posisi duduk Bung Karno benar-benar pada
titik tersebut saat merenungkan lahirnya dasar negara Pancasila 75-79 tahun
yang silam, sebagaimana ditunjukan oleh kedua burung elang (yang di analogikan oleh
para pekerja sebagai burung Garuda) tersebut.