Mungkin kini tak banyak
warga kabupaten Ende, khususnya warga kota Ende ini yang tahu, bahwa dahulu, ada
sebuah kisah Romantika (kisah percintaan) yang diceritakan secara turun temurun
oleh para orangtua kepada anak-anaknya.
Kisah itu kini sudah tidak pernah
terdengar lagi oleh anak-anak Ende masa kini. Mungkin saja ini terjadi karena
anak-anak kini lebih disibukan dengan bermain game elektronik, internet, atau
melihat cerita animasi anak yang ditayangkan di televisi, seperti Upin Ipin, The Litlle Krishna, dan lain-lain. Kondisi
ini sangat disayangkan, karena selain mengungkapkan budaya daerah, kisah-kisah legenda juga sarat dengan pesan-pesan moral
yang baik untuk diajarkan pada anak-anak, apalagi kisah legenda (cerita rakyat) daerah sendiri.
Legenda romantika yang
mulai dilupakan ini berkaitan dengan terbentuknya/ terjadinya Gunung Meja,
Pulau Koa, dan Pulau Ende.
Jika Anda datang ke
kota Ende, baik melalui jalur udara maupun laut, sebelum memasuki bandara Hasan
Aroebusman ataupun pelabuhan Ippi atau pelabuhan Ende, akan sangat terlihat
jelas sebuah gunung yang megah, yang puncaknya terlihat rata. Gunung itu
disebut masyarakat Ende sebagai gunung Meja. Dengan bentuknya yang unik, gunung
ini rupanya telah menjadi salah satu ciri khas (ikon)nya kota Ende.
Gunung Meja (dari salah satu sudut kota Ende) |
Selain adanya gunung Meja, kota Ende juga dikelilingi oleh dua gunung lainnya, yaitu gunung Wongge dan Kengo di sebelah utaranya. Gunung Wongge posisinya berdekatan, beriringan dengan gunung Kengo. Kedua gunung ini nampak berdiri kokoh, tenang, dan menghijau.
Berdekatan dengan
gunung Meja, di sebelah selatan, terdapat pula Gunung Iya. Gunung Iya adalah
satu-satunya gunung berapi dari keempat gunung yang mengintari kota Ende.
Sebagai sebuah gunung berapi yang masih aktif, puncaknya senantiasa ditutupi
awan. Itulah sebabnya gunung Iya selalu diibaratkan sebagai seorang pria yang
sedang merokok, oleh masyarakat setempat. Gunung ini pernah meletus pada berapa
puluh tahun yang lalu.
Posisi Gunung Meja, Iya, Wongge, Kengo, Pulau Ende dan Pulau Koa |
Selain keempat gunung
tersebut, ada pula dua pulau kecil yang berada di sekitar kota Ende. Kedua
pulau itu adalah pulau Koa, dan pulau Ende. Dibandingkan dengan pulau Ende,
pulau Koa bentuknya bulat dan lebih kecil. Posisinya persis di depan jalur
lintasan pesawat bandara Hasan Aroebusman. Pulau lainnya, yaitu Pulau Ende,
berada persis di depan kota Ende (sebelah selatan). Jika dilihat dari kota
Ende, pulau ini bentuknya menyerupai sebuah parang.
Kondisi geografis berupa
hamparan pegunungan dan tebaran pulau yang seperti ini, melahirkan sebuah
legenda tersendiri yang berkembang di kalangan warga kota Ende. Legenda ini
mengisahkan sebuah hubungan percintaan antara gunung Iya, gunung Meja, dan
Gunung Wongge. Sangat disayangkan, karena hubungan percintaan ini pada akhirnya
berakhir tragis.
Nah...bagaimanakah sebenarnya
kisah legenda ini..
Ikuti kisah berikut ini
:
========
Alkisah, pada jaman
dahulu kala, di bagian tengah pulau Flores yang membentang dari timur ke barat,
tersebutlah seorang gadis cantik yang bernama Meja. Karena kecantikannya yang
amat sangat, Meja sangat dikenal oleh banyak kaum muda di wilayah itu. Meja
menjadi rebutan para kaum muda. Mendapatkan Meja adalah impian setiap kaum muda
kala itu.
Diantara kaum muda
tersebut, terdapatlah dua orang pemuda tampan dan gagah yang berseteru hebat
untuk mendapatkan cinta Meja. Mereka adalah Wongge dan Iya.
Meski berasal dari
keluarga sederhana, Wongge adalah seorang pemuda yang gagah, namun berwatak
tenang, ramah dan sopan. Wongge berkawan
erat dengan seorang pemuda lain yang bernama Kengo. Kemana-mana keduanya selalu
bersama.
Pemuda lainnya, yaitu Iya,
berasal dari keluarga kaya. Iya memiliki tabiat dan perilaku yang sangat
berbeda dengan Wongge. Meski Iya adalah seorang pemuda jantan dan gagah, namun
perangainya sangat buruk. Iya sangat sombong, temperamental (mudah marah), dan pencemburu
berat. Iya juga memiliki kegemaran merokok. Kepulan asap rokok selalu
mengelilinginya.
Kedua pria gagah ini
selalu berusaha untuk mendekati Meja. Kadang Wongge yang datang mendekat,
kadang pula Iya yang datang mendekati Meja.
Dalam hatinya, Meja
rupanya sudah memilih satu diantara mereka. Karena sikap dan perilaku Wongge
yang tenang dan sopan, ternyata lebih menarik perhatian Meja, daripada Iya.
Apalagi Wongge pernah mengutarakan isi hatinya untuk memiliki Meja. Dan Meja
pun telah menerima Wongge menjadi kekasihnya. Dalam waktu yang tidak lama lagi,
Wongge akan datang bersama keluarganya untuk melamar Meja.
Berita akan dilamarnya
Meja, seorang gadis yang terkenal cantik, oleh Wongge yang sopan dan gagah,
terdengar sampai seluruh pelosok wilayah itu. Ketika berita itu sampai ke
telinga Iya, maka marahlah Iya. Iya lalu datang menemui Meja. Berduaan saja
dengan Meja, Iya kembali mengutarakan keinginannya untuk segera melamar Meja. Apapun
permintaan Meja akan dipenuhinya, asalkan Meja menerima cintanya.
Meski sudah mengetahui
perasaan hati dan keinginan Iya untuk segera melamarnya, Meja merasa berat hati
untuk menerima lamaran itu. Dengan jujur diungkapkan bahwa hatinya telah
terpaut pada Wongge. Ia telah mengikat janji dengan Wongge. Dengan sangat berat
hati Meja menceritakan semuanya itu pada Iya, karena Meja tahu betul perangai Iya.
Mengetahui bahwa Meja ternyata lebih mencintai Wongge, maka murkahlah Iya
pada Meja. Iya mulai mencaci caci Meja. Iya sangat marah besar. Meski Meja
senantiasa berusaha menjelaskan padanya, namun Iya rupanya tak bisa menerima
keadaan ini.
Pada saat yang
bersamaan, datanglah Wongge dengan ditemani karibnya, Kengo. Dari kejauhan mereka
mendengar pertengkaran hebat antara Iya dan Meja.
Melihat kedatangan
Wongge yang adalah seteru beratnya, yang telah menjadi kekasih Meja, maka semakin
gusarlah Iya. Kecemburuannya rupanya telah sangat membara. Iya tidak ingin Wongge
datang mengambil Meja dari hadapannya.
Timbul pikiran jahat
dalam dirinya. Tidak boleh ada seorang pria pun yang bisa memiliki Meja.
Karena Wongge dan Kengo
yang datang semakin mendekat, maka tak ada pilihan lain, kecuali Meja harus segera
dibunuh. Dengan secepat kilat, dikeluarkanlah parang dari sarungnya, dan
menebas kepala Meja. Karena tebasan parang itu, kepala Meja terlepas dari
badannya, terlempar jatuh ke arah timur menjadi sebuah pulau, yang kini dikenal
sebagai pulau Koa.
Setelah menebas kepala
Meja, Iya segera membuang parangnya itu agar tidak terlihat Wongge kalau ia
yang membunuh Meja. Parangnya pun dibuang jauh, jatuh ke arah barat dan
terjadilah sebuah pulau yang dikenal dengan nama Pulau Ende.
Kota Ende dengan Gunung dan Pulau yang mengintarinya |
======
Baca Juga :
|
Pesona Wisata di Ende :
|
Hotel di Ende dan Moni, TN Kelimutu :
|