Featured Post

Danau Kelimutu dan Pesona 3 Warna Air yang Dilihat dari Langit

Keindahan Danau Kelimutu membuat banyak orang ingin ke sana. Tapi memang tidak mudah mencapai puncak gunung Kelimutu untuk menatap keind...

Friday, March 6, 2015

Mumi Kaki More


Pasti Anda tidak akan menyangka, kalau di wilayah Ende Lio juga terdapat Mumi (jenasah yang tidak hancur/membusuk). Kebanyakan orang hanya mengetahui bahwa Mumi merupakan jenasah yang sengaja untuk diawetkan agar tidak hancur/rusak. Kebiasaan mengawetkan jenasah ini hanya terdapat di Mesir (warisan bangsa Mesir kuno). 
Di desa Nuaone, fakta menunjukan hal lain, yaitu bahwa agar tidak rusak, jenasah tidak perlu diawetkan, karena memang di daerah ini tidak pernah dikenal teknik-teknik pengawetan jenasah secara tradisional. Lalu bagaimana bisa di daerah ini ditemukan adanya jenasah yang tidak rusak, yang oleh masyarakat setempat menyebutnya sebagai Mumi Kaki More?



Riwayat Kaki More, seorang “Mosa Laki Sa'o Renge Nunu”

Kaki More dilahirkan sekitar tahun 1868 di kampung Wolondopo, desa Nuaone kecamatan Detusoko. Beliau meninggal tahun 1948 dalam usia 80 tahun. 

Pada masa hidupnya beliau dikenal sebagai orang yang jujur, taat, pandai dan sangat berani. Karena itu para mosalaki dari dua kampung pada waktu itu, yaitu kampung Wolondopo dan kampung Wolojita mengangkat beliau sebagai penanggung jawab untuk kedua kampung tersebut baik keluar maupun ke dalam (tau pidhi wiwi laki, lapi lema ongga, tau talu sambu noo ata ghawa lau, tau tawa rega noo ata laja bara), yang sekarang disebut sebagai kepala suku.

Kaki More hidup seangkatan (semasa) dengan Marilonga, seorang pejuang yang dengan gagah berani melawah penjajahan Belanda di masa itu. Kala itu, Kaki More menjadi mata-mata Marilonga.

Dalam perjalanan perjuangan mereka, ikhwal  Kaki More sebagai mata-mata Marilonga akhirnya diketahui oleh Belanda, dan Belanda pun membujuk Kaki More dengan menjanjikan akan memberikan 1 (satu) kaleng uang logam, agar Kaki More mengijinkan untuk membuka jalan dari Ekoleta menuju Kajundara melalui Wolondopo yang selanjutnya menuju ke benteng pertahanan Marilonga. 

Namun, apa disangka, beliau dengan tegas menolak tawaran itu. Akibat penolakan itu, Belanda sangat marah. Tentara Belanda kemudian membakar rambut, kumis dan bulu mata Kaki More, namun tidak terbakar

Melihat tindakan tentara Belanda  yang semena-mena terhadap dirinya, Kaki More sangat marah dan berang. Ia mengambil sebatang kayu api yang sedang menyala dan memukul-mukul orang belanda yang ada disitu sambil berkata “mbana sai miu gha leka alo keta Bhoa Ngga“  (artinya : pergi kamu dari sini..!!! ini daerah yang aman..!!!). 

Melihat sikap Kaki More yang sangat berani, Tentara Belanda lari meninggalkan Wolondopo dan tidak pernah datang lagi sampai Kaki More meninggal dunia pada tahun 1948 (Indonesia sudah merdeka). 

Menjelang wafatnya Kaki More berpesan agar jasadnya tidak boleh dikuburkan, tapi dimasukan ke dalam peti lalu dipancangkan dipinggir kampung. Semasa hidupnya beliau selalu minum arak setiap kali  makan dan jika tidak ada arak beliau tidak bisa makan.

Demikianlah, sekilas kisah hidup Kaki More.  Bisa jadi, bahwa jenasahnya yang awet, dikarenakan tabiat dan perbuatannya yang baik selama hidup. Atau bisa juga disebabkan karena kebiasaan hidupnya yang suka minum arak (Moke). Apakah kebiasaan minum arak ini mempengaruhi kondisi tubuhnya hingga jenasahnya menjadi sulit membusuk/ rusak?..hanya penelitian ilmiah yang mungkin bisa membuktikannya.



======

Booking.com