Menelusuri
siapa perintis komunitas yang menjadi cikal bakal masyarakat kota Ende, kapan
mereka mulai menetap di Ende tentu tidaklah mudah. Salah satu informasi yaitu
dari cerita rakyat atau mitos yang berkembang dalam kehidupan masyarakat.
Sumber semacam ini dari segi metodologi penelitian historis tentu kurang kuat
dan tidak dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah.
Cerita rakyat terkait sejarah asal usul terbentuknya kota Ende dapat dilihat pada judul berikut : Ceritera Rakyat : Asal Mula Berdirinya Kota Ende
Mengenai
riwayat tempat atau hunian di wilayah Ende, ada banyak mitos atau cerita rakyat
seperti cerita tentang Rangga Dja, Nggobe
Rabbi, Mbuka Raja, Bewwa Pekka, Zakki Zekko, Zakki Wadjo, Mosa Pio, Zea Ndona,
Ambu Mara Ngguna, Djawa Wadu, Djari Djawa, Rewarangga, dan sebagainya.
Sesuai dengan perkembangan secara fisik dan sosial, nama-nama tersebut telah
mengalami perubahan. Namun demikian, masih adanya nama-nama tempat yang ada kini
yang memiliki kemiripan sehingga dapat dianggap sebagai cikal bakal pemukiman
kota Ende. Nama-nama tersebut yakni Zowo
Zena, Pu’uzeze, Waniwona, Pu’upire, Manubara, Aembonga, Karara (Kuzazo), Ambu Zima,
Saraboro, Zowo Zeke (Roworeke), Koposawu, Manunggo’o, Onekoze (Onekore),
Onewitu (Kotaratu), Ambundai, Ambuwona,
Ambutonda, Potu Nggo, dan sebagainya (Mochsen, 1984:3).
Mochsen
(1984:3-4) menambahkan bahwa, pemukiman penduduk pertama adalah di sekitar Onekoze (Nua Mere), Potu Nggo,
Onewitu (Kotaratu), dan Puuzeze
(di sekitar lapangan tennis pantai Ende). Dalam perkembangannya, tumbuh pemukiman
berupa kampung kecil (Kopo/ Bhisu)
dan pemukiman yang baru di Ambutonda
(Kotaraja) sebagai sebutan lain dari Tonda
Ko’o Ndai. Setelah itu, tumbuh berbagai tempat hunian sebagai akibat
datangnya pemukim baru dari Bugis, Makasar, Sawu, Nagekeo, Sikka, Solor, Riti,
Banjar, dan sebagainya. Selain itu, juga bermukim orang-orang Cina, Arab,
Pakistan, dan India.
Menurut
keterangan dari beberapa penutur, ada dua bagian yang sejak awal mempunyai
andil khusus dalam terbentuknya Kota Ende, yaitu Roja dan Nggobe.
- (Catatan
dari penutur, yang diberi judul : “Sumbangan dari Beberapa Penutur Sekitar Nua
Roja - Nua Ende”. Catatan ini menceritakan peranan Roja dan Nggobe dalam
perkembangan Nua Ende dan Kota Ende seperti : sejarah Roja, asal-usul Nggobe,
peranan Nggobe, perang Roja dan Nggobe-Roworena, dan pengungsian orang-orang
pulau Ende ke dataran teluk di Ende. Sangat disayangkan karena sumber ini tidak
menyebutkan nama dan alamat penuturnya. Hanya seorang penutur yang disebutkan
namanya, yaitu Angga Langga).
-
Dikatakan
bahwa, Nua Roja yang terdiri atas berbagai lingkungan, dan Nggobe yang juga
terdiri atas beberapa lingkungan, membentang di dataran yang disebut Ndetu Ende
Je dari timur ke barat dan dari barat ke timur. Dari dua bagian itu timbul kota
Ende yang semula disebut Nua Roja dan kemudian diganti nama menjadi Nua Ende.
Nua Roja memiliki tanah persekutuan Roja yang lazim disebut Tanah Roja,
sedangkan Nua Ende (yang kemudian disebut Tanah Ende) tidak memiliki tanah
persekutuan sendiri karena Nua Ende dalam perkembangannya termasuk Tanah
persekutuan Rowo Rena Keka Wanggo.
Dalam
perkembangannya, Ende dan wilayah lainnya di Nusa Tenggara Timur juga mendapat
pengaruh daerah lain, termasuk dari kerajaan Majapahit (Kolit, 1982:60).
(dari : “Sejarah Kota Ende”, yang disajikan dalam Seminar Sejarah Kota Ende, pada tanggal 09 Agustus 2004 di gedung Ine Pare, Ende – Flores).
Pustaka Sumber :
(dari : “Sejarah Kota Ende”, yang disajikan dalam Seminar Sejarah Kota Ende, pada tanggal 09 Agustus 2004 di gedung Ine Pare, Ende – Flores).
Pustaka Sumber :
=============