Selain
adanya bangunan-bangunan pemukiman, sekolah, dan jalan raya sebagaimana
disebutkan di atas, ciri-ciri fisik lainnya dari kota Ende yang mulai terlihat
diawal abad XX (sejak kedatangan Belanda) dapat diketahui dari tumbuhnya
fasilitas-fasilitas sebagai berikut :
Pasar Ende Tempo Doeloe |
Pasar
atau tempat untuk orang mengadakan transaksi jual beli bahkan telah ada di Ende
sejak sebelum kedatangan Belanda. Hal ini sesuai apa yang ditulis oleh Van
Suchtelen, seorang Controleur Belanda
di Ende, yang mengatakan bahwa kapal-kapal KPM milik pemerintah Belanda sering
singgah di Ende untuk berdagang. Selain itu juga dijumpai beberapa tempat untuk
pasar dan pertokoan, yaitu di daerah pantai selatan di sekitar kelurahan
kotaratu (daerah sekitar jalan Pabean) yang disebut sebagai Pasar Ende.
Pertokoan di Ende |
Pasar
selalu merupakan titik awal atau fokus point dari sebuah kota. Pada awalnya
pasar merupakan daerah terbuka tempat para petani, nelayan, pengrajin, dan
sebagainya, membawa dan melakukan perdagangan secara barter. Perlahan-lahan
sistem barter berubah menjadi sistem jual beli menggunakan uang. Secara fisik,
sifat pasar kemudian juga berubah dari hanya sebagai daerah terbuka menjadi
memiliki bangunan-bangunan berupa kios-kios kecil yang relatif tertutup yang
memperjualbelikan hasil pertanian, hasil penangkapan ikan, dan hasil kerajinan
seperti tenunan, dan lain-lain.
Dengan
semakin bertambahnya jumlah penduduk, kota Ende kemudian menjadi pusat
perdagangan. Hal ini telah terjadi sejak sebelum kedatangan bangsa barat
menetap di Ende, yaitu dengan singgahnya kapal-kapal laut KPM dari Jawa ke
Pulau Ende, dan terus ke daerah Timur Indonesia. Mengingat semakin banyaknya
barang dagangan, maka diperlukan tempat untuk menyimpan. Untuk itu dibangunlah gudang-gudang,
seperti gudang kopra, gudang kayu Missi, dan toko-toko, seperti toko Woloare,
Toko Bangkalan, Toko Awat Lanjar, Toko Bata, Toko Kelimutu, dan sebagainya.
Tempat-tempat itu lama kelamaan semakin banyak pengunjungnya sehingga menjadi
pusat perdagangan. Daerah itu telah berubah menjadi inti kota yang merupakan
akumulasi dari toko-toko, kantor pos, gedung bioskop, yang biasa disebut Pusat
Daerah Kegiatan atau jantung kota, yang mana pada siang hari sangat ramai
dikunjungi warga kota, namun menjadi sepi di malam hari, kecuali gedung bioskop
yang menjadi satu-satunya di kota Ende yaitu Flores Theatre. Tempat semacam itu bertumbuh di daerah pantai yang biasa disebut Ende Kota,
dan sekitar lapangan bola di jalan Mohamad Hatta dan jalan Ir. Soekarno.
2. Tempat Rekreasi dan Olah Raga
Di
Ende telah ada tempat rekreasi dan olahraga yaitu di pinggir pantai Ende. Pada
hampir setiap kota, di bagian pusat kota selalu dijumpai sebuah lapangan atau
alun-alun. Fungsi lapangan ini bermacam-macam, diantaranya adalah untuk tempat
rekreasi keluarga, tempat berolahraga, tempat upacara, maupun tempat
diadakannya rapat umum. Lapangan yang kini disebut lapangan Perse (yang
kemudian diganti menjadi lapangan Pancasila), selalu digunakan baik untuk
rekreasi keluarga dan olahraga (oleh warga Belanda), maupun untuk upacara dan
rapat umum.
Tempat
rekreasi lainnya yang berkembang yang berada di pusat kota, yaitu di Lapangan
Roket (kini Taman Bahari dan situs Rumah Adat), Taman Rendo, lapangan voli,
tennis, dan gedung pertemuan Baranuri. Yang letaknya agak jauh dari pusat kota
yaitu kolam renang Woloare dan danau Kelimutu.
3. Pusat Pemerintahan
Kantor Asisten Residen (Kini Rumah Jabatan Wakil Bupati Ende) |
Bangunan
monumental pertanda adanya pusat pemerintahan yaitu bekas kantor Afdeeling Flores dan Onderafdeeling Ende, yang letaknya di
depan (sebelah utara) lapangan perse yang kini masih menjadi kantor Dinas
Pariwisata. Bangunan ini menjadi bukti sejarah dan saksi bisu bahwa kota Ende
di masa penjajahan Belanda telah menjadi pusat pemerintahan untuk wilayah
Flores dan Onderafdeeling Ende.
Kantor Agen KPM (Pernah dipakai sebagai kantor Kopeta Ende) Kini kantor Camat Ende Selatan |
Hal
lainnya, ketika kita berkeliling di kota Ende, masih dijumpai bangunan lain
yang juga menjadi saksi sejarah dan tanda untuk mengenal awal pertumbuhan kota
ini. Bangunan itu yaitu rumah Raja Ende yang terletak di kelurahan Kotaratu.
Walaupun bangunannya sudah tidak ada, tinggal sebagian yang terkesan sederhana,
namun dapat menjadi bukti sejarah bahwa di masa lampau di Ende pernah berdiri
satu kerajaan Ende dengan berbagai perannya. Berdekatan dengan rumah tersebut,
yaitu ke arah pantai, juga terdapat sebuah mesjid yang cukup megah yaitu mesjid
AR. Rabithah, yang dilengkapi dengan dua buah menara di sisi kiri dan kanan
bangunan. Raja Ende telah banyak membantu pembangunan di Ende, diantaranya
menyediakan tanah untuk pembangunan sekolah di daerah Ndao, tanah untuk Gereja
Kathedral, dan tanah untuk lapangan udara yang kini dinamai Bandara H. Hasan
Aroeboesman.
(dari
: “Sejarah
Kota Ende”, yang disajikan dalam Seminar Sejarah Kota Ende, pada
tanggal 09 Agustus 2004 di gedung Ine Pare, Ende – Flores).
Pustaka Sumber :
=========
Hotel dan Pesona Wisata di Ende :