Featured Post

Danau Kelimutu dan Pesona 3 Warna Air yang Dilihat dari Langit

Keindahan Danau Kelimutu membuat banyak orang ingin ke sana. Tapi memang tidak mudah mencapai puncak gunung Kelimutu untuk menatap keind...

Friday, July 3, 2015

Ciri-Ciri Kota Ende Di Awal Abad XX (“Menelusuri Sejarah, Menemukan Hari Jadi Kota Ende” - bagian Keempat)


Selain adanya bangunan-bangunan pemukiman, sekolah, dan jalan raya sebagaimana disebutkan di atas, ciri-ciri fisik lainnya dari kota Ende yang mulai terlihat diawal abad XX (sejak kedatangan Belanda) dapat diketahui  dari  tumbuhnya fasilitas-fasilitas sebagai berikut :


1. Tempat Untuk Pasar dan Pertokoan

 Pasar Ende Tempo Doeloe 

Pasar atau tempat untuk orang mengadakan transaksi jual beli bahkan telah ada di Ende sejak sebelum kedatangan Belanda. Hal ini sesuai apa yang ditulis oleh Van Suchtelen, seorang Controleur Belanda di Ende, yang mengatakan bahwa kapal-kapal KPM milik pemerintah Belanda sering singgah di Ende untuk berdagang. Selain itu juga dijumpai beberapa tempat untuk pasar dan pertokoan, yaitu di daerah pantai selatan di sekitar kelurahan kotaratu (daerah sekitar jalan Pabean) yang disebut sebagai Pasar Ende.

 Pertokoan di Ende 

Pasar selalu merupakan titik awal atau fokus point dari sebuah kota. Pada awalnya pasar merupakan daerah terbuka tempat para petani, nelayan, pengrajin, dan sebagainya, membawa dan melakukan perdagangan secara barter. Perlahan-lahan sistem barter berubah menjadi sistem jual beli menggunakan uang. Secara fisik, sifat pasar kemudian juga berubah dari hanya sebagai daerah terbuka menjadi memiliki bangunan-bangunan berupa kios-kios kecil yang relatif tertutup yang memperjualbelikan hasil pertanian, hasil penangkapan ikan, dan hasil kerajinan seperti tenunan, dan lain-lain.

Dengan semakin bertambahnya jumlah penduduk, kota Ende kemudian menjadi pusat perdagangan. Hal ini telah terjadi sejak sebelum kedatangan bangsa barat menetap di Ende, yaitu dengan singgahnya kapal-kapal laut KPM dari Jawa ke Pulau Ende, dan terus ke daerah Timur Indonesia. Mengingat semakin banyaknya barang dagangan, maka diperlukan tempat untuk menyimpan. Untuk itu dibangunlah gudang-gudang, seperti gudang kopra, gudang kayu Missi, dan toko-toko, seperti toko Woloare, Toko Bangkalan, Toko Awat Lanjar, Toko Bata, Toko Kelimutu, dan sebagainya. Tempat-tempat itu lama kelamaan semakin banyak pengunjungnya sehingga menjadi pusat perdagangan. Daerah itu telah berubah menjadi inti kota yang merupakan akumulasi dari toko-toko, kantor pos, gedung bioskop, yang biasa disebut Pusat Daerah Kegiatan atau jantung kota, yang mana pada siang hari sangat ramai dikunjungi warga kota, namun menjadi sepi di malam hari, kecuali gedung bioskop yang menjadi satu-satunya di kota Ende yaitu Flores Theatre. Tempat semacam itu bertumbuh di  daerah pantai yang biasa disebut Ende Kota, dan sekitar lapangan bola di jalan Mohamad Hatta dan jalan Ir. Soekarno.

2. Tempat Rekreasi dan Olah Raga


Di Ende telah ada tempat rekreasi dan olahraga yaitu di pinggir pantai Ende. Pada hampir setiap kota, di bagian pusat kota selalu dijumpai sebuah lapangan atau alun-alun. Fungsi lapangan ini bermacam-macam, diantaranya adalah untuk tempat rekreasi keluarga, tempat berolahraga, tempat upacara, maupun tempat diadakannya rapat umum. Lapangan yang kini disebut lapangan Perse (yang kemudian diganti menjadi lapangan Pancasila), selalu digunakan baik untuk rekreasi keluarga dan olahraga (oleh warga Belanda), maupun untuk upacara dan rapat umum.

Tempat rekreasi lainnya yang berkembang yang berada di pusat kota, yaitu di Lapangan Roket (kini Taman Bahari dan situs Rumah Adat), Taman Rendo, lapangan voli, tennis, dan gedung pertemuan Baranuri. Yang letaknya agak jauh dari pusat kota yaitu kolam renang Woloare dan danau Kelimutu.

3. Pusat Pemerintahan


 Kantor Asisten Residen (Kini Rumah Jabatan Wakil Bupati Ende) 


Bangunan monumental pertanda adanya pusat pemerintahan yaitu bekas kantor Afdeeling Flores dan Onderafdeeling Ende, yang letaknya di depan (sebelah utara) lapangan perse yang kini masih menjadi kantor Dinas Pariwisata. Bangunan ini menjadi bukti sejarah dan saksi bisu bahwa kota Ende di masa penjajahan Belanda telah menjadi pusat pemerintahan untuk wilayah Flores dan Onderafdeeling Ende.

 Kantor Agen KPM (Pernah dipakai sebagai kantor Kopeta Ende)
 Kini kantor Camat Ende Selatan 

Hal lainnya, ketika kita berkeliling di kota Ende, masih dijumpai bangunan lain yang juga menjadi saksi sejarah dan tanda untuk mengenal awal pertumbuhan kota ini. Bangunan itu yaitu rumah Raja Ende yang terletak di kelurahan Kotaratu. Walaupun bangunannya sudah tidak ada, tinggal sebagian yang terkesan sederhana, namun dapat menjadi bukti sejarah bahwa di masa lampau di Ende pernah berdiri satu kerajaan Ende dengan berbagai perannya. Berdekatan dengan rumah tersebut, yaitu ke arah pantai, juga terdapat sebuah mesjid yang cukup megah yaitu mesjid AR. Rabithah, yang dilengkapi dengan dua buah menara di sisi kiri dan kanan bangunan. Raja Ende telah banyak membantu pembangunan di Ende, diantaranya menyediakan tanah untuk pembangunan sekolah di daerah Ndao, tanah untuk Gereja Kathedral, dan tanah untuk lapangan udara yang kini dinamai Bandara H. Hasan Aroeboesman.

(dari : “Sejarah Kota Ende”, yang disajikan dalam Seminar Sejarah Kota Ende, pada tanggal 09 Agustus 2004 di gedung Ine Pare, Ende – Flores).

Pustaka Sumber :


=========

Hotel dan Pesona Wisata di Ende :

Booking.com