Featured Post

Danau Kelimutu dan Pesona 3 Warna Air yang Dilihat dari Langit

Keindahan Danau Kelimutu membuat banyak orang ingin ke sana. Tapi memang tidak mudah mencapai puncak gunung Kelimutu untuk menatap keind...

Thursday, March 20, 2014

Proses Pembangunan Sa'o Ria (Mengenal Adat Moni Koanara) (9/11)

(Mengenal Adat Moni Koanara-Ende)


Proses Pembangunan Sa’o Ria
Pembangunan Sa’o Ria dilakukan dalam beberapa tahap, dan disertai upacara–upacara adat. Mula-mula diadakan Tewo Bou Lo’o Mondo, yakni musyawarah pembangunan Sa’o Ria. Musyawarah ini diundang oleh Ata Laki Pu’u  dan dihadiri oleh Ata Laki Ria Bewa dan Koe Kolu. Dalam musyawarah ini ditetapkan waktu persiapan ramuan (bahan bangunan), tempat berdirinya Sa’o Ria, waktu berdirinya/ membangunnya, kebutuhan tukang, pekerjaan, serta bahan bangunan. Untuk itu biasanya dihadirkan seorang dukun.
Pada waktu berangkat ke hutan untuk mencari bahan ramuan rumah, rombongan dipimpin oleh Mosalaki Ko’olaki Rowa Ongga Tau Mburu Gulu Rara Sewa, yakni Mosalaki perintis jalan ke hutan. Ia membawa Kili Ndolu, memikul (wangga) Taka, serta Nggo. Kili Ndolu adalah tali pelurus. Taka adalah kapak. Dan Nggo adalah gong. Sambil memikul Kili Ndolu dan Taka, ia membunyikan gong sepanjang jalan. Hal ini dimakssudkan untuk memberitakan pada segenap warga masyarakat Moni , bahwa saat itu pembangunan rumah adat tengah dimulai.
Sampai di hutan, diadakan upacara adat. Seekor babi dibunuh dan darahnya dioleskan pada pohon yang akan ditebang pertama kali. Maksudnya adalah meminta izin pada Nitu (jin) penunggu hutan.
Jika semua ramuan (bahan bangunan) telah dikumpulkan, maka diadakan Oro, yakni menarik kayu-kayu ramuan dari hutan ke kampung secara gotong royong sambil bernyanyi. Sebelum masuk kampung, biasanya dukun dipanggil untuk mengusir roh-roh jahat agar mereka atau rombongan dapat masuk ke dalam kampung dengan selamat. Bilamana semua ramuan sudah dikumpulkan di halaman kampung, maka langkah berikutnya adalah Koe Walu, yakni mempersiapkan tempat berdirinya Sa’o Ria.
Dalam pembangunan Sa’o Ria, yang dipasang paling dahulu adalah Leke Pera (tiang utama). Tapi Leke Pera ini hanya dipasang sementara. Pemasangan Leke Pera yang resmi dilakukan pada tahap penyelesaian. Seperti yang diuraikan di atas, bahwa pada masa lampau, di bawah Leke Pera ditanam seorang anak kecil. Kini sebagai gantinya ditanam seekor anak anjing. Darah anjing korban itu juga dipercikan pada tiang-tiang (Leke) lainnya, agar tiang-tiang utama tersebut dapat berdiri kokoh, dan semua dapat menjamin kehidupan penghuni Sa’o Ria.
Selanjutnya, adalah pengatapan Sa’o Ria. Pengatapan rumah atau Ate  merupakan tahap yang penting. Pada saat pemasangan atap diadakan pesta dengan membunuh seekor Kam Ria atau hewan besar. Pesta itu meupakan ungkapan kegembiraan seluruh warga kampung karena pembangunan Sa’o Ria hampir selesai dan siap untuk dihuni.
Upacara yang terakhir adalah Tunu Muku (bakar pisang), sebelum memasuki Sa’o Ria baru. Pada saat itu memang dibakar pisang (muku), ayam (manu), serta babi (wawi). Maksudnya memohon berkat Du’a Ngga’e dan nenek moyang atas Sa’o Ria dan penghuninya.
Baca Juga :

Booking.com